Digitalisasi Bank Syariah di Indonesia

Pada hari Sabtu, 8 Mei 2021, departemen Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga mengadakan Kuliah Tamu Manajemen Bank Syariah dengan tema “Pengembangan Digital Banking Perbankan Syariah” dengan dua pembicara, Kindy Miftah, S.E., M.Si dan Syaifullah Asyik, ST., MM. Acara dibuka oleh MC dan sambutan oleh Dr. Sri Herianingrum, S.E., M.Si, ketua Prodi Ekonomi Islam UNAIR. Kemudian acara diserahkan kepada Moderator, Bapak Denizar Abdurrahman Mi’raj, S.EI, M.SEI., Dosen Departemen Ekonomi Islam Universitas Airlangga.

Dokumentasi Digital Banking1

Kemudian penyampaian materi yan dibawakan oleh Bapak Kindy Miftah, S.E., M.Si, Assistant Vice President Sharia Retail and Business Banking Analytics. Dalam materinya, beliau menyatakan bahwa Indonesia sebenarnya menduduki peringkat satu dunia dalam penggunaan aplikasi transportasi online (65%), pemesanan online (71%), dan aspek lainnya. Perbankan Indonesia memang bukan nomer satu dalam banking dan finansial, tapi perkembangannya tergolong baik dan positif. Oleh karena itu, digitalisasi perbankan sudah menjadi sebuah keharusan, bukan lagi opsional.

Sistem digital sebenarnya sudah ada 10 tahun lalu pada tahun 2011, akan tetapi baru booming 5 tahun terakhir. Bahkan sekarang sudah mulai muncul Bank Online, yaitu bank yang layanannya full online. Beliau juga menyatakan bahwa Bank Syariah sudah bisa bersaing dengan Bank Konvensional.

Pada era yang serba digital seperti saat ini, mobile banking tidak akan berkembang apabila ekosistem digital tidak berkembang. Sedangkan Bank Syariah semakin solid di retail banking, siap melayani ekosistem digital. Pak Kindy juga menyampaikan kunci sukses digitalisasi perbankan Syariah, yaitu: continual improvement, data analytics, promotion, build up ecosystem.

Kemudian pemateri kedua, Bapak Syaifullah Asyik, ST., MM., Direktur Utama BPRS Bakti Artha Sejahtera Sampang Perseroda, membawakan materinya. Beliau menyampaikan bahwa perbankan digital itu tidak hanya tentang bank-bank umum besar seperti BNI, BRI, BSI, Maybank, dan sejenisnya, akan tetapi juga tentang bank BPRS yang dekat dengan masyarakat swasta ke bawah.

Dokumentasi Digital Banking12

Bank BPRS masih memiliki banyak kekurangan dan ketertinggalan dari bank-bank umum akibat beberapa faktor, seperti belum bisa transfer ke bank lain, akan tetapi pihak BPRS akan berusaha lebih baik lagi untuk mengejar ketertinggalan. Salah satu faktornya adalah keadaan masyarakat yang masih gagap teknologi dan belum bisa secepat masyarakat kota dalam memahami teknologi. Strategi yang dilakukan BPRS agar bisa berkembang adalah harus bersinergi dengan saling memperkuat BPRS BAS Sampang dengan Bank Umum. Beberapa bank umum yang bekerja sama dengan BPRS adalah Bank Permata Syariah, Bank Muamalat, dan Bank Danamon Syariah. Beliau bermimpi BPRS memiliki system yang sama dengan Bank Umum suatu hari nanti.

Dokumentasi Digital Banking11

Setelah sesi tanya-jawab, ada penyampaian closing statement dari dua pemateri. Salah satu yang disebutkan beliau adalah usulan mengenai mata kuliah tentang perbankan digital agar berbanding lurus kerjasama antara insudtri dan perkuliahan tentang mata kuliahnya. Setelah itu closing statement oleh Ibu Sri Herianingrum dan ditutup oleh MC. (Fath/DES)

Hits 1322